Dunia pengobatan semenjak dahulu selalu berjalan seiring dengan kehidupan
umat manusia. Karena sebagai mahluk hidup, manusia amatlah akrab dengan
berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk terlepas dari
segala macam penyakit inilah yang mendorong manusia untuk membuat upaya
menyingkap berbagai metode pengobatan, mulai dari mengkonsumsi berbagai jenis
obat-obatan, baik berupa tumbuh-tumbuhan secara tunggal maupun yang sudah
terkomposisikan, yang diyakini berkhasiat menyembuhkan jenis penyakit tertentu,
atau sistim pemijatan, pembekaman, hingga operasi pembedahan. Semua dilakukan
dengan trial dan error. Teknologi medis boleh saja semakin modern dan canggih, namun perkembangan
jenis penyakit juga tidak kalah cepatnya ber-regenerasi. Sementara banyak
manusia yang tidak menyadari bahwa Allah tidak pernah menciptakan manusia
dengan ditinggalkan begitu saja. Setiap kali penyakit muncul, pasti Allah juga
menciptakan obatnya. Hanya ada manusia yang mengetahuinya dan ada juga yang
tidak mengetahuinya.
Namun tentu semua jenis pengobatan dan obat-obatan tersebut hanya terasa
khasiatnya bila disertai dengan sugesti dan keyakinan. Disinilah kekuatan Do’a
- Dzikir, maka Islam mengenal istilah do’a dan keyakinan. Dengan pengobatan
yang tepat (tentunya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman puluhan tahun),
dosis obat yang sesuai disertai doa dan keyakinan, tidak ada penyakit yang
tidak bisa disembuhkan terkecuali maut.
Merujuk pada praktek-praktek agung tasawuf praktis, praktik-praktik sufi,
seperti sholat, dzikir, tafakur (meditasi), ternyata tidak sekedar
ritual-ritual tanpa makna. Dibalik praktik-praktik sufi tersebut, tersimpan
potensi-potensi penyembuhan bagi penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan
oleh kedokteran modern, seperti kanker, strooke, kerusakan kromosom/DNA, dan
jenis-jenis penyakit emosional, psikologis dan non medis.[1]
Bahwa untuk mengatasi kekecewaan, kita harus mencari sumbernya dulu yaitu
pikiran. Untuk mengatasinya bisa dengan latihan meditasi. Belajar meditasi
merupakan bagian dari latihan mengendalikan pikiran.[2] Meditasi adalah latihan
konsentrasi yang dapat digunakan untuk mempertajam tehnik dan meningkatkan
kepekaan terhadap suasana sekitar.[3]
I. PENGERTIAN MEDITASI
Perkataan Meditasi itu sendiri diserap dari bahasa Latin, meditatio yang
berarti merenungkan dan juga berakar dari kata Mederi (kesehatan) dari kata ini
pula diserap kata medisin. Jadi jelas meditasi itu sebenarnya baik bagi
kesehatan. Dalam bahasa Indonesia, Meditasi, yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Jadi
bermeditasi adalah memusatkan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu,[4]
tetapi kata meditasi itu lebih dikenal dengan nama samedi yang diserap dari
bahasa Sansekerta, samadhi yang juga disebut dhyana atau pranayama.[5] Samedi
itu artinya meditasi dalam bahasa Sangsekerta atau dalam bahasa Ibrani = hagah.
Dalam Alkitab bahasa Inggris perkataan tsb diterjemahkan sebagai Meditation.[6]
Sedangkan pengertian meditasi dalam kamus Cambridge International
Dictionary of English, adalah:
Meditate is to think seriously (about something), esp. for a long time · if
you meditate, you give your attention to one thing, and do not think about
anything else, usually as a religious activity or as way calming or relaxing
your mind. Meditation is serious thought or study, or the product of this
activity. Meditation is also the act of giving your attention to only one
thing, either as a religious activity or as a way of becoming calm and relaxed:
prayer and meditation.[7]
Kata ‘meditasi’ [meditation] didefinisikan sebagai “praktek berpikir secara
mendalam dalam keheningan, terutama untuk alasan keagamaan atau untuk membuat
batin tenang.” (Oxford Advanced Learner’s Dictionary). Dalam kamus yang
bersifat umum ini, ‘meditasi’ dianggap sebagai proses ‘berpikir’. Ini hampir
sama dengan ‘kontemplasi’ yang didefinisikan secara persis sama. Tetapi kalau
dikaji secara lebih mendalam dan dipraktekkan, akan ternyata bahwa di dalam
‘meditasi’ justru proses berpikir berhenti untuk sementara. Pada dasarnya,
‘meditasi’ adalah “pemusatan perhatian pada suatu obyek batin secara
terus-menerus.” Memang ada obyek-obyek meditasi tertentu yang berupa pikiran
atau ide/konsep, sehingga terjadi tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan
secara tegas antara ‘meditasi’ dan ‘kontemplasi’.
Dengan demikian, meditasi adalah cara lain untuk memahami diri, yang berbeda
dengan introspeksi. Justru pemahaman yang diperoleh dari meditasi jauh lebih
tepat dan sesuai dengan keadaan sebenarnya dibandingkan dengan pemahaman dari
introspeksi yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan pikiran yang tidak
disadari sehingga memberikan hasil yang bias. Di samping itu,pemahaman diri
yang diperoleh dari meditasi bersifat transformatif (mengubah), oleh karena
pemahaman itu melibatkan seluruh aspek diri (kognitif, afektif, volisional[8]
dsb). Di lain pihak, pemahaman melalui introspeksi kebanyakan hanya bersifat
kognitif saja, sehingga biasanya tidak banyak perubahan yang terjadi.[9]
Ada juga yang memberi pengertian bahwa meditasi yang sering kita dengar
mempunyai pengertian yaitu: sikap menenangkan pikiran dengan cara-cara tertentu
di mana pikiran kita sampai menemukan sensasi-sensasi sehingga menimbulkan rasa
damai dalam hati untuk mencapai ketenangan jiwa (ruhani).[10] Dan ada juga yang
mengartikan bahwa meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran
untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha kita. Meditasi dapat didefinisikan
sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan
Tuhan. Kita meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena
Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga
mempunyai kwalitas atau lambang-lambang.[11]
Perbedaan Konsentrasi dan Meditasi
Terdapat perbedaan jelas antara konsentrasi dan meditasi, meskipun keduanya
dalam pelaksanaannya berhubungan. Pengertian konsentrasi ialah untuk memahami
dan menguasai pikiran-perasaan sehingga ia tidak lagi menanggapi dengan kacau
terhadap suatu peristiwa. Latihan-latihan konsentrasi adalah suatu pendidikan
kembali mengenai tekniknya pikiran-rendah, sehingga ia menurut perintahnya sang
Pribadi, dan menghentikan sifatnya yang bergerak kian kemari dan tidak menentu.
[12] Atau dengan kata lain, konsentrasi adalah sebuah upaya keras (baca:
dipaksa) untuk memusatkan pada sesuatu, hal ini dianggap bukanlah
bagian/tahapan meditasi.[13]
Sedangkan tujuan meditasi ialah melatih pikiran, dalam keadaan tenang, dan
beristirahat/berhenti pada pokok yang dipilih, lebih baik pada hal yang
mengandung arti yang dalam dan rohaniah, sehingga pokok-caranya dapat
membukakan kesadaran yang sedang bermeditasi akan arti makna yang lebih luas
dan dalam.[14]
Dalam ajaran Budha terdapat sebuah tahapan meditasi, yaitu Dharana yang
berarti pemusatan perhatian tanpa paksaan. Pemusatan perhatian tidaklah berarti
anda kosong. Sebagaimana namanya pemusatan perhatian, perhatian anda
tertunjukkan pada sesuatu. Tidak dianjurkan bagi anda untuk berada dalam
keadaan kosong seratus persen karena ini mungkin dapat membiarkan masuknya
kekuatan dari luar yang dapat mengganggu. Meditasi tingkat tinggi biasanya
mengajarkan untuk memusatkan perhatian ke cakra mahkota untuk menerima lebih
banyak kekuatan
spiritual, atau ke antara alis mata untuk membangkitkan mata spiritual,
ataupun ke cakra jantung untuk memberikan lebih banyak kekuatan
kepada roh. Jadi, tidaklah kosong sama sekali.[15]
II. MANFAAT MEDITASI
Menurut ajaran Buddhis, meditasi adalah suatu cara untuk mengembangkan bathin
menuju taraf kesempurnaan yang selanjutnya menjadi dasar dari kebijaksanaan.
Latinan meditasi dengan pemusatan fikiran pada pernafasan disebut Anaspanasati.
Dengan metode ini, fikiran tetap terjaga dengan baik dan senantiasa terkontrol,
dengan demikian membuahkan jasmani dan rohani yang selalu jernih dan segar.
Juga daya fikir bertambah kuat dan tajam, membawa pada kecerdasan otak.[16]
Meditasi bisa mengurangi kecemasan telah diselidiki oleh tokoh-tokoh sarjana
Barat, seperti pada penyelidikan Zen Meditation, dan kemudian pada penyelidikan
Transcendental Meditation.[17] Tetapi kajian di barat juga telah membuktikan
33% hingga 50% mereka yang melakukan meditasi tanpa teknik yang betul akan
mengalami peningkatan dalan tekanan darah, stress, kemurungan serta mudah
marah. Maka jika anda benar-benar ingin mendalami meditasi, pastikan anda
dilatih oleh mereka benar-benar mahir dan berpengalaman serta mampu memberi
penjelasan untuk setiap keadaan.
Dalam latihan Meditasi Islam, perkara yang harus diperhatikan ialah bagaimana
mereka dapat menemukan makna dan tujuan hidup yang memberikan sense of
direction, justeru dapat mengatasi pelbagai masalah serta meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan kesehatan.[18]
Tujuan dari meditasi ini adalah kesunyian yang indah, keheningan dan
kejernihan pikiran.[19]
III. AGAMA DAN MEDITASI
Meditasi bukan hanya dikenal oleh agama yang berasal dari India & Tiongkok
saja bahkan hampir disemua agama mereka mempraktekan meditasi. Meditasi dalam
agama Yahudi dikenal dengan nama hitbonenut ini bisa dibaca di Kabbalah
sedangkan bangsa Yunani kuno mengenal meditasi dengan nama “Gnothi se auton” =
“mengenal diri sendiri”.[20]
Menurut kepercayaan orang India/Hindu, bahwa di udara bebas ini terdapat
unsu-unsur gaib yang bersatu dengan zat asam (oksigen). Unsur-unsur gaib itu
berupa zat yang sangat halus sebagai inti dari segala zat yang menjadi roh dari
alam. Zat tersebut sedemikian halusnya hingga tak dapat ditanggapi dengan panca
indera, maupun dengan alat-alat apapun.
Zat ini mempunyai tenaga gaib yang amat berkuasa untuk berbagai macam
kepentingan, antara lain untuk penyembuhan penyakit. Zat inilah yang mereka
beri nama Prana. Cara mendapatkan zat gaib atau prana tadi ialah dengan jalan
pernafasan yang diatur dengan irama tertentu, yang menurut kepercayaan mereka
sesuai dengan irama gerakan alam.[21]
Beberapa cara meditasi melibatkan pengulangan suara tertentu ecara
internal, dan menganjurkan kepada para pelakunya agar tidak terlalu melakukan
konsentrasi. Teknik seperti itu akan menyegarkan dan membuat orang relaks,
namun untuk peningkatan rohani, konsentrasi tetaplah sangat perlu - yaitu usaha
intensif untuk memfokuskan pikiran pada mantra.[22]
Meditasi ada dua macam, yaitu meditasi duduk dan meditasi gerak (Tai-Chi).
Meditasi duduk ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Islam jauh sebelum
Sidharta Gauthama lahir melalui ajaran Budhi Dharma. Meditasi ini juga sering
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika sebelum dan sesudah diangkat menjadi
Nabi dan Rasul, yang pada saat itu disebut dengan berkhalwat dan tahannuts.
Beliau melakukan meditasi di Gua Hira, ketika menghadapi masalah yang menimpa
diri dan umatnya. Seperti halnya meditasi duduk, meditasi gerak juga sudah ada
dalam ajaran Islam yaitu dalam bentuk gerakan shalat.[23]
IV. ISLAM DAN MEDITASI
Salah satu fase penting yang secara simbolik sering disebut sebagai
mencerminkan corak misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah saat dia
ber-tahannuts atau melakukan meditasi di Hira, sebuah gua di luar kota Mekah.
Setelah nabi mendapat wahyu pada 610 M, dia tidak terus tinggal di sana,
menikmati meditasi yang soliter, menjauhkan diri dari masyarakat. Sebaliknya,
ia balik ke kota, mendakwahkan ajaran-ajaran, dan melakukan apa yang dalam
istilah sekarang disebut sebagai transformasi sosial.[24]
Pada saat selanjutnya, Nabi saw pergi ke gua Hira hanya untuk bertemu dengan
malaikat Jibril dengan tujuan tasmi (memperdengarkan) hafalan Alquran beliau
dihadapan Jibril. Maka, Gua Hira bukanlah tempat bertahannuts seperti yang
dilakukan beliau sebelum diangkat menjadi Rasul. Tetapi dijadikan tempat untuk
mengoreksi ayat-ayat Alquran yang telah diterimanya.
A. Alquran dan Kesehatan
Arti Quran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.
Subhi Al Salih berarti bacaan, asal kata qara`a. Kata Alquran itu berbentuk
masdar dengan arti isim maful yaitu maqru` (dibaca). Adapun definisi Alquran
adalah: Kalam Allah swt. yang merupakan mujizat yang diturunkan (diwahyukan)
kepada nabi Muhammad saw. dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.[25]
Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al Qur’an
itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin.
“Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang
yang mu’min.” (QS. Al Isra/17: 82)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tentram. (QS. Ar Rad/13: 28)
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “Asysyifâ” yang
artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu
dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus/10: 57)
Di samping Al Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan
tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sebagai sumber dari
pembuat obat-obatan.
“Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma, anggur dan
buah-buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat
tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan”. (QS.
An-Nahl/16: 11)
“Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah
jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu
keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk
manusia .Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang
mau memikirkan”.[26] (QS. An-Nahl/16: 69)
Berdasarkan keterangan tadi, dapat dipastikan bahwa orang yang membaca
Alquran akan merasakan ketenangan jiwa.
Banyak pula hadits Nabi yang menerangkan tentang keutamaan membacanya dan
menghafalnya atau bahkan mempelajarinya.
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan
mengajarkannya. (HR, Bukhori)
Siapa saja yang disibukkan oleh Alquran dalam rangka berdzikir kepada-Ku,
dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama
daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan
keutamaannya Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan
Allah atas makhluk-Nya. (HR. At Turmudzi)
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah (masjid) Allah, mereka
membaca Alquran dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman,
mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya. (HR. Muslim)[27]
Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alquran[28] (HR. Ibnu
Majah dan Ibnu Masud)
Dan masih banyak lagi dalil yang menerangkan bahwa berbagai penyakit dapat
disembuhkan dengan membaca atau dibacakan ayat-ayat Alquran (lihat Assuyuthi,
Jalaluddin, Al Quran sebagai Penyembuh (Alquran asy Syâfî), terj. Achmad
Sunarto, Semarang, CV. Surya Angkasa Semarang, cet. I, 1995).
Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam
karyanya Ta’lim al Muta’alim halaman 41, sebuah kitab yang mengupas tata krama
mencari ilmu berkata, “Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang
kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan
melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada
mushaf”. Selanjutnya ia berkata, “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan
terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca
Alquran”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar
Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan
ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun
bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai
macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi
objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk
mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit
terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan
Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan
penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang
dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang
disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984,
disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi
mereka yang mendengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad
Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5
orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut
sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa
yang akan diperdengarkannya adalah Alquran.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni
membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari
Alquran. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika
mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika
mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alquran.
Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal
tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan
Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang
berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape
recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.[29] Baca pula
skripsi yang telah dilakukan oleh Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Jakarta, yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
mendengar ayat-ayat suci Alquran dan mendengar lagu-lagu klasik.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki
Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik
dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ)
seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan
Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Alquran,
simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
(Q.S. 7: 204).
Atau juga, “Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi
penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S. 17: 82).
Atau, “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi
tentram” (Q.S. 13: 28).[30]
B. Unsur Meditasi Alquran
Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun buku kedokteran,
namun Alquran menyebut dirinya sebagai penyembut penyakit, yang oleh kaum
Muslim diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada
kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik.[31]
Kesembuhan menggunakan Alquran dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan
dengannya, dan mendengarkannya. Membaca, mendengar, memperhatikan dan
berdekatan dengannya ialah bahwasanya Alquran itu dibaca di sisi orang yang
sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada mereka. Allah saw
menjelaskan, Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al Araf: 204)
Menurut hemat penulis, salah satu unsur yang dapat dikatakan meditasi dalam
Alquran adalah, pertama, auto sugesti, dan kedua, adalah hukum-hukum bacaan
yaitu waqaf.
Aspek Auto Sugesti
Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan firman-firman Allah.
Banyak sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang yang
beriman dan beramal sholeh, dan berita-berita ancaman bagi mereka yang tidak
beriman dan atau tidak beramal sholeh. Maka, alquran berisikan ucapan-ucapan
yang baik, yang dalam istilah Alquran sendiri, ahsan alhadits[32]. Kata-kata
yang penuh kebaikan sering memberikan efek auto sugesti yang positif dan yang
akan menimbulkan ketenangan
Platonov telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu
Conditioned Stimulus (Premis dari Pavlov) memang benar-benar menimbulkan
perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata tersebut pada diri manusia.
Pada eksperimen Plotonov, kata-kata yang digunakan adalah tidur, tidur dan
memang individu tersebut akhirnya tertidur.[33]
Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang amat beragam untuk
menimbulkan kesehatan atau penyakit.[34]
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa sembahyang, doa-doa dan permohonan ampun
kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan
mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang
melakukannya.[35]
Relaksasi
Aspek Waqof
Alquran adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya.
Membaca Alquran tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Alquran
harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali
nafas hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang
dalam istilah ilmu tajwid dinamakan waqaf. Jika si pembaca berhenti pada tempat
yang tidak semestinya maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat
sebelumnya.
Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Alquran, baik di akhir
ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda waqof yang
ada dalam Alquran, kedudukannya tidak dihukumi wajib syari bagi yang
melanggarnya.[36] Walaupun jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat
tertentu yang dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka hukumnya haram.
Jadi cara membaca Alquran itu bisa disesuaikan dengan tanda-tanda waqaf
dalam Alquran atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca dengan syarat bahwa
bacaan yang dibacanya tidak berubah arti atau makna.
Waqaf dalam Alquran
- Tanda awal atau akhir ayat
- Tanda awal atau akhir surat
- Tanda-tanda waqaf
Kemampuan nafas pembaca
Siapa saja bisa boleh membaca Alquran, baik anak kecil, muda maupun tua,
baik pria maupun wanita selagi mereka dalam keadaan suci atau berwudlu. Jadi
bagaimanapun kemampuan mereka bernafas mereka boleh membaca Alquran. Berhenti
berdasarkan kemampuan nafas pembaca, dalam ilmu tajwid, bisa dikategorikan
dalam bagian-bagian waqaf.[37]
Adapula beberapa penekanan nafas dalam membaca Alquran. Penekanan-penekanan
tersebut dalam ilmu tajwid dinamakan mad.[38]
Indonesia adalah negara yang mayoritas umat Islam menerapkan hukum-hukum
membaca Alquran menurut Rowi[39] Hafsh[40] yang telah berguru kepada imam[41]
Ashim.[42] Adapun hukum-hukum bacaan mad dalam ilmu Tajwid menurut Rowi Hafsh
adalah:
1. Mad Munfashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam
kalimat yang terpisah.[43] Cara baca hukum ini 4 harakat.[44]
2. Mad Muttashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam
satu kalimat.[45] Cara membaca hukum ini adalah 4 harakat.[46]
3. Mad Badal, yaitu apabila terdapat hamzah yang berharakat bertemu
dengan huruf mad yang sukun. Cara membaca hukum ini adalah 2 harakat.[47]
C. Waktu Meditasi dengan Alquran
Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca/meditasi Alquran,
hanya saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada waktu-waktu
yang lebih utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca Alquran.
Waktu-waktu tersebut adalah:
1. Dalam sholat
Annawawi berkata; Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca
Alquran ialah dalam sholat.
Al Baihaqi meriwayatkan dalam asy Syuab dari Kaab r.a. ia berkata: Allah
telah memilih negri-negeri, maka negri-negeri yang lebih dicintai Allah ialah
negri al Haram (Mekkah). Allah telah memilih zaman, maka zaman yang lebih
dicintai Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan yang lebih dicintai Allah
ialah bulan dzulhijjah. Hari-hari bulan Dzulhijjah yang lebih dicintai Allah
ialah sepuluh hari yang pertama. Allah telah memilih hari-hari, maka hari yang
lebih dicintai Allah ialah hari Jumat. Malam-malam yang lebih dicintai Allah
ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-waktu malam dan siang, maka waktu
yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat yang lima waktu. Allah telah
memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang dicintai Allah adalah lafadz
La ilâha illallâh wallâhu akbar wa subhanallâhi wal hamdulillâh.[48]
2. Malam hari
Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Alquran selain waktu sholat
adalah waktu malam, Allah menegaskan, Di antara Ahli Kitab itu ada golongan
yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam
hari, sedang mereka juga bersujud (sholat). (QS. Ali Imron/3: 113)
Waktu malam ini pun dibagi menadi 2:
antara waktu Maghrib dan Isya
bagian malam yang terakhir
3. Setelah Subuh
PENUTUP
Penulis menyadari bahwa kajian ini tidaklah tuntas membahas aspek-aspek
meditasi dalam membaca Alquran. Tapi mudah-mudahan ini merupakan langkah awal
untuk bisa lebih membuktikan unsur-unsur kesehatan dari Alquran, baik
makna-maknanya, cara membacanya maupun lainnya.
Source:
http://psikolog2.tripod.com/meditasiquran.htm
Tuesday, 4 March 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment